Sampainya Hati Dorang.
Setelah Anaknya Bernikah, Orang tua ini Diusir Tinggal di Kandang Lembu oleh
Anak dan Menantunya Sendiri. Dalam Kesedihan, Dia Meninggalkan Mereka dan Duduk
di Gelandangan. Siapa Sangka, 1 Tahun Kemudian, Rombongan Kereta Mewah
Mengunjungi Rumahnya!
Di sebuah kota hiduplah
seorang lelaki bernama Pak Man, ia sudah menginjak usia 45 tahun. Beberapa
tahun yang lalu, ia mengalami kemalangan ketika bekerja, iaitu jatuh dari
lantai 3, untungnya ia selamat, namun sejak saat itu ia menjadi tempang.
Ketika itu, ia belum mempunyai isteri dan anak. Suatu hari, ia
menemukan seorang anak kecil laki-laki di jembatan, yang akhirnya ia ambil
menjadi anaknya dengan diberi nama Razak, dan sekarang anaknya itu sudah
berusia 23 tahun.
Selama hidupnya, Pak Man selalu hidup jimat cermat agar Razak
boleh segera menikah dan memiliki anaknya sendiri. Meski Pak Man cacat, ia
tetap rajin bekerja, berangkat pagi, pulang malam. Setiap hari ia mendapatkan
wang hanya mengandalkan dari pekerjaannya memungut sampah.
Usia Pak Man yang semakin tua,
membuat keadaan tubuhnya tidak begitu sihat. Baru-baru ini, ia terlihat gemetar
ketika berjalan, ia juga sudah tidak mampu lagi mencari nafkah, ketika itu
Razak juga sudah menikah dengan seorang wanita yang bernama Hasmah.
Setelah Razak menikah, awalnya isterinya itu sangat
memperhatikan Pak Man, melihat dan menjaganya setiap hari. Biaya pengubatan Pak
Man tidaklah sedikit. Hasmah juga tidak kaya, namun kedua orangtua isteri Razak
meminta mereka untuk tinggal bersama mereka. Namun Razak menolak, ia berkata:
“Rumah tidak besar, kalau tinggal bersama nanti jadi banyak masalah”.
Keadaan kesihatan Pak Man semakin hari semakin parah. Ia
sekarang juga menjadi sering batuk-batuk. Hingga akhirnya mereka memilih
membiarkan Pak Man tinggal di dalam kandang lembu. Banyak penduduk desa yang
mengolok-olok Hasmah kerana hal itu.
6 bulan kemudian, pada suatu
malam, Hasmah berkata, “Razak, kamu lihat setiap hari ia batuk-batuk, buat kita
tidak boleh tidur nyenyak. Ia sudah tua dan sakit-sakitan. Lagipula di mata
orang, kita juga sudah dianggap tidak berbakti kepada orangtua, usir saja ia
keluar, kalau tidak lihat kan kita juga tidak akan kepikiran”.
Razak pun mengerutkan dahi dan berkata: “Tapi bagaimanapun juga,
ia adalah orang yang membesarkanku selama 20 tahun lebih, jika berbuat begitu,
tidak baik”.
Hasmah menjawab kembali: “Gajimu sebulan baru berapa, aku hanya
ingin mengurangi tanggunganmu, jika ia keluar dari rumah ini, kita juga tidak
pelru mempedulikannya hidup atau mati. Seiring berjalannya waktu, orang-orang
juga akan lupa dengan masalah ini”.
Razak berpikir keras, hingga akhirnya ia berkata: “Aku besok
pergi, tidak di rumah, kamu jaga dia!” Lalu ia berkata lagi: “Berikan ia
makanan kering”.
Keesokan harinya, Razak benar-benar menghilang. Di malam
harinya, keluarga Hasmah memaksa Pak Man keluar dari rumah dan kota itu.
Padahal, rumah yang mereka tinggali masih atas nama Pak Man, namun Pak Man
hanya pasrah dan pergi dengan tertempang-tempang.
Setahun berlalu…
Hari itu adalah hari yang cerah, Pak Man membungkuk di sebelah
tong sampah.
Tidak jauh dari sana, terlihat seorang lelaki yang memakai jas
datang menemuinya. Pria itu tertegun dan ragu-ragu bertanya: “Apakah kamu
adalah Pak Man?”. Kemudian Pak Man pun membalas: “Bagaimana kamu tahu namaku?”
Seketika itu juga, air mata lelaki itu mengalir, “Paman Pak Man,
sungguh adalah kamu kah? Aku adalah Ikram, ketika aku muda, orangtuaku
meninggal, aku tidak boleh apa-apa. Kamu adalah orang yang membiarkanku tinggal
di rumahmu dan memberiku makan. Apa kamu masih ingat aku?”
“Ikram siapa ya?” Pak Man bingung sambil menggelengkan kepala
sedikit, ia mengalami demensia (terganggunya mental seseorang yang menyebabkan
gangguan berpikir dan hilang ingatan”.
Ikram yang melihat Pak Man seperti itu, merasa sedih, “Bagaimana
kamu boleh jadi seperti ini? Razak yang mana? Ia tidak mempedulikanmu kah?”
Pak Man menjawab: “Razak baik-baik bersama isterinya”.
Ikram tidak bertanya lagi dan ia membawa Pak Man ke rumahnya.
Ikram adalah seorang lelaki yang juga berasal dari kota yang
sama dengan Pak Man. Ketika ia masih kecil, orangtuanya meninggal, yang
kemudian membuatnya tinggal bersama Pak Man, baru setelah 2 tahun, ada kerabat
Ikram yang datang menjemput.
Ketika Ikram mulai tumbuh dewas, ia memulai karirnya dengan
membuka usaha manisan buah-buahan. Sekarang, usianya sudah 28 tahun dan ia
sudah menjadi bos besar.
Setelah sampai ke rumah Ikram, Ikram segera mencari tahu apa
yang sebenarnya terjadi, emosinya meluap setelah tahu perlakuan Razak.
“Dasar Razak tidak tahu diri, 20 tahun Pak Man merawat dan
membesarkan, tapi begini cara ia membalas kebaikan hati Pak Man, benar-benar
orang yang tidak tahu balas budi!”
Keesokan harinya, Ikram memanggil teman-temannya dan mereka
mengendarai kereta mewah menuju ke rumah Pak Man, hal ini mengundang perhatian
penduduk desa.
Hasmah membuka pintu, melihat
apa yang terjadi, ia kemudian memanggil Razak dan mengatakan bahwa ada pesta.
Ketika itu, Ikram membuka pintu kereta dan turun. Dengan senyum
kecil, Ikram melihat ke Razak dan berkata: “15 tahun tidak bertemu, apa kamu
masih ingat aku?”
Razak bingung dan menggaruk kepalanya, baru kemudian menjawab:
“Apa kamu Ikram? Wah! Hoki besar nih, masih ingat sama saudara. Kamu memang
benar-benar perhatian”.
Ikram kemudian membalas, “Ha! Buat apa baik kepada orang
sepertimu, kedatanganku kali ini adalah untuk pamer! Tahu tidak kamu? Pa..
mer!”
Seketika itu juga, Razak terdiam dan tidak tahu harus berkata
apa.
Kemudian, Ikram membuka keretanya, terlihat Pak Man sedang duduk
diam disana. Ikram kemudian melanjutkan perkataannya: “Selama ini Pak Man
memperlakukanmu seperti anaknya sendiri, tapi kamu malah memperlakukannya lebih
rendah dari anjing.
Sejak hari ini dan seterusnya, Pak Man adalah ayahku, kamu tidak
boleh berbakti kepadanya, biarkan aku menunjukkan kepadamu apa namanya berbakti
kepada orangtua!”
Setelah Ikram selesai berbicara, ia melambaikan tangan ke
temannya tanda akan segera pergi dari tempat itu. Rombongan Ikram pun dengan
cepat menghilang dari kota itu.
Razak dan Hasmah hanya boleh berdiri diam, orang-orang yang
melihat hal itu langsung mencibir dan menunjuk-nunjuk mereka.
Di dalam kereta, Ikram berkata kepada Pak Man, “Pak Man, yang
lalu biarlah berlalu, ketika aku tidak ada kekuatan, kamu yang membesarkanku
selama 2 tahun, sekarang kamu sudah tua, aku ingin membalasmu dengan membuatmu
bahagia di hari tuamu”.
Jangan berhenti melakukan hal kecil untuk orang lain, terkadang
hal kecil itu mengambil tempat terbesar di hatinya.
Sudahkah Subat Cerpen berbuat baik hari ini?
Sumber: sempoiviral.com
0 comments:
Post a Comment