Monday, November 13, 2017

Filled Under:

Sakit Tiba Tiba Bergurulah Pada Kucing

Setiap orang tentu punya solusi dan penanganan tersendiri ketika jatuh sakit secara tiba-tiba. Saya punya delapan ekor kucing dan selalu saya amati gerak-geriknya. Termasuk jika sedang sakit.
Secara pribadi, saya pernah mengamati kucing di rumah yang kebetulan sedang sakit parah. Kucing ini sengaja saya pelihara dan ditempatkan di tempat khusus.
Pada waktu itu, sebut saja nama si kucing adalah Edwar, yang asalnya sangat lincah, tiba-tiba jadi pendiam dan berbaring tidur selama berhari-hari.
Kalaupun dia bergerak, sedikit sekali. Edwar hanya sesekali menghirup udara segar dan menggerak-gerakkan badannya agar tidak kaku.
Pada waktu itu saya melihat berkali-kali dia muntah dengan bau yang cukup menyengat. Pertama kali memelihara kucing, saya merasa kasihan dan coba memberinya susu.
Tapi sedikit pun susu itu tidak disentuhnya sampai akhirnya saya buang karena memang sudah basi.
Lalu saya coba memberinya air dan dia mencicipinya sedikit-sedikit. Setelah beberapa hari, saya amati kucing itu tidak makan dan hanya berbaring lemas dan kadang menjilati bagian-bagian tubuh tertentu dengan air ludahnya, sambil sesekali jalan perlahan keluar.
Saya melihat badannya semakin kurus tapi sorot matanya tetap tajam dan menunjukkan tanda-tanda untuk bisa cepat sembuh kembali.
Lalu setelah kucing itu tidak muntah lagi, dia mulai mencari-cari makanan. Saya coba berikan daging kemasan khusus makanan kucing, tapi tidak juga dimakannya.
Daging yang saya berikan hanya dijilati dan diciumnya lalu ditinggalkannya. Lalu saya coba berikan dia susu lagi, dia mulai menjilatinya sedikit-sedikit secara perlahan.
Lalu sekitar 25 % susu yang dijilatinya masuk ke mulutnya, setelah itu dia tinggalkan dan kembali lagi berbaring. Keesokan harinya saya berikan lagi dia susu.
Lalu dijilatinya labih cepat, hampir 75%-nya habis diminumnya. Lalu keesokan harinya saya coba beri dia daging, sekarang Edwar mulai memakannya secara perlahan, dan mengunyahnya cukup lama. Separuh dari yang disajikan habis dia makan.
Hari berikutnya dia sudah kembali lincah dan menunjukkan energinya kalau kucing itu sudah benar-benar sehat seperti pada awalnya yang sangat suka berlari dan meloncat.
Dari pengamatan tersebut, kita bisa ambil banyak sekali pelajaran yang sudah dilupakan oleh masyarakat modern bahwa banyak obat yang diberikan pada tubuh dengan dasar asal cepat meredam gejala penyakit, tanpa peduli pada risiko dan efek samping pada tubuh dalam jangka panjang.
Kita takut dan sangat cemas ketika berat badan dan selera makan anak kita menurun ketika sakit, padahal itu semua reaksi positif tubuh.
Bila kita berobat lalu disibukkan dengan terus mengonsumsi obat anti mual (ketika mual) dan berbagai vitamin nafsu makan ketika sakit.
Inilah ketidaktahuan kita akan bahasa tubuh yang membuat kita lupa kalau gejala-gejala itu bagian dari reaksi positif tubuh dalam memberikan informasi ketika tubuh sakit.
Kalau seekor kucing yang lugu dan tidak pernah masuk sekolah atau ikut seminar kesehatan, bisa lebih bijak dan memahami bahasa tubuhnya lebih baik daripada manusia, maka banyak sekali pelajaran darinya. Allahu alam. Salam sehat, berkah untuk semua.
Oleh: Yudhistira Adi Maulana
Pemilik Bekam Ruqyah Center Purwakarta-Jawa Barat
Sumber: islampos.com





0 comments:

Post a Comment