Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak
beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim,
no. 5102 dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha).
Demikianlah keadaan manusia
tatkala bertemu dengan Allah Ta’ala di
Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum
dikhitan. Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi pakaian juga. Dan manusia
yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيْمُ
“Sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian pada hari Kiamat
adalah Nabi Ibrahim.” (Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4371).
Adapun pakaian yang
dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dikenakan ketika mati. Abu Sa’id
al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ
الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
“Mayit akan dibangkitkan dengan pakaian yang dikenakannya ketika
mati.” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Hadits ini dinilai shahih oleh
al-Albani dalam Shohiih at-Targhib
wat-Tarhib, no. 3575)
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, tatkala hendak
menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar jenazah ibunya dikafani dengan
pakaian yang baru. Beliau mengatakan, “Perbaguskanlah kafan jenazah kalian,
karena sesungguhnya mereka akan dibangkitkan dengan (memakai) pakaian itu.” (Fat-hul Bari Syarah Shahih al-Bukhari,
11/383).
Bagaimana Manusia Digiring Ke Padang Mahsyar?
Manusia digiring ke Padang
Mahsyar dengan berbagai kondisi yang berbeda sesuai dengan amalnya. Ada yang
digiring dengan berjalan kaki, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّكُمْ مُلاَقُو اللهِ حُفَاةً عُرَاةً
مُشَاةً غُرْلاً
“Sesungguhnya kalian akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak beralas
kaki, tidak berpakaian, berjalan kaki, dan belum dikhitan.” (Hadits shahih. Diriwayat-kan oleh
al-Bukhari, no. 6043)
Ada juga yang berkendaraan.
Namun tidak sedikit yang diseret di atas wajah-wajah mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً
وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam
keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga yang)
diseret di atas wajah-wajah kalian.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan beliau mengatakan,
“Hadits hasan.” Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3582).
Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa
ada seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ يُحْشَرُ
الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: أَلَيْسَ الَّذِي
أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى
وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟!
“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas
wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di atas kedua kakinya
di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari Kiamat?!”Qatadah mengatakan, “Benar, demi kemuliaan
Rabb kami.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6042 dan Muslim,
no. 5020).
Ketika Matahari Didekatkan Dengan Jarak Satu Mil
Kaum muslimin yang kami
muliakan, ketika manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan
sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat
tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di
dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ
الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ
عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ
أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ
عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى
كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ
“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk
hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah,
aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan,
atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga
manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni
dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya.
Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang
tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut
beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)
Syaikh Muhammad bin Sholih
Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Jarak satu mil ini, baik satu mil yang biasa atau mil alat celak, semuanya
dekat. Apabila sedemikian rupa panasnya matahari di dunia, padahal jarak antara
kita dengannya sangat jauh, maka bagaimana jika matahari tersebut berada satu
mil di atas kepala kita?!” (Syarah
al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, 2/134).
Jika matahari di dunia ini
didekatkan ke bumi dengan jarak 1 mil, niscaya bumi akan terbakar. Bagaimana
mungkin di akherat kelak matahari didekatkan dengan jarak 1 mil namun makhluk
tidak terbakar?
Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan
bahwa pada hari Kiamat kelak tatkala manusia dikumpulkan di padang mahsyar,
kekuatan mereka tidaklah sama dengan kekuatan mereka ketika hidup di dunia.
Akan tetapi mereka lebih kuat dan lebih tahan. Seandainya manusia sekarang ini
berdiri selama 50 hari di bawah terik matahari tanpa naungan, tanpa makan, dan
tanpa minum, niscaya mereka tidak mungkin mampu melakukannya, bahkan mereka
akan binasa. Namun pada hari Kiamat kelak, mereka mampu berdiri selama 50 tahun
tanpa makan, tanpa minum, dan tanpa naungan, kecuali beberapa golongan yang
dinaungi Allah Ta’ala. Mereka juga
mampu menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi. Perhatikanlah keadaan
penghuni Neraka yang disiksa (dengan begitu kerasnya), namun mereka tidak
binasa karenanya. Allah Ta’ala berfirman:
كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ
بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَ (56)
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan
kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (An-Nisa’: 56). (Syarah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/135)
Golongan Yang Akan Mendapatkan Naungan ‘Arsy Allah Ta’ala
Pada hari yang sangat panas
itu, Allah Ta’ala akan
memberikan naungan kepada sebagian hamba pilihan-Nya. Tidak ada naungan pada
hari itu kecuali naungan-Nya semata. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Ada tujuh golongan yang
akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada
naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ
يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ
تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ
طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ،
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ
يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan
‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
1. Imam (pemimpin) yang adil.
1. Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang
tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3. Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana
keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang
wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku
takut kepada Allah.”
6. Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7. Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu
sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031).
Golongan lain yang mendapatkan
naungan Allah Ta’ala adalah
orang yang memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan membayar hutang
kepadanya atau memutihkan hutang darinya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ
أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Barangsiapa yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang
kesulitan membayar hutang atau memutihkan hutang orang tersebut, niscaya Allah
akan menaunginya dalam naungan Arsy-Nya (pada hari Kiamat).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh
Muslim, no. 3006)
Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah taufiq dan
pertolongan-Nya kepada kita untuk menjadi bagian dari golongan yang mulia ini.
Amin
—
Penulis: dr. Muhaimin
Ashuri
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA
Artikel www.muslim.or.id
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA
Artikel www.muslim.or.id
0 comments:
Post a Comment